Saturday, January 14, 2006

Dialog Hakim Agung dengan Camry

Hakim Agung:
Mas Camry, kita ini pejabat negara, jadi sangat layak untuk mendapatkan fasilitas yang nyaman untuk menunjang pekerjaan mulia dalam rangka menegakan keadilan, hakim agung itu khan lambang keadilan yang paripurna...

Camry:
Jadi yang dibutuhkan bapak apa?

Hakim Agung:
Ya kami tidak muluk-muluk, paling tidak kondisi memprihatinkan kami turut diperhatikan oleh negara, mosok mobil dinas kita itu cuma kijang? Sudah pada butut lagi...Sepertinya ketika kami memakai itu, hilang kewibawaan kami, kami merasa dilecehkan...Khan enggak adil kalau kami diharuskan bekerja profesional tapi penunjang operasional kami tidak dipikirkan negara...

Camry:
Bukankah bapak seharusnya ingat, kalau pejabat negara itu tidak boleh mementingkan diri sendiri, khan mantan presiden amerika yang terkenal itu pernah bilang, jangan kau tanya apa yang kau dapatkan dari negara, tapi tanya apa yang telah kamu berikan kepada negara? Bapak tidak ingat?

Hakim Agung:
Ah...itu harus dilihat konteksnya dong....Itu khan kata-kata jaman kuno...Kita ini sekarang hidup di konteks yang modern, dan kata-kata itu tidak berlaku untuk jaman sekarang...Lho iya tho? Mosok masyarakat tidak percaya kalau kami ini sudah berupaya sekuat tenaga untuk bekerja demi kemajuan bangsa? Kami tidak menuntut, tapi kami cuma menagih hak saja...

Camry:
Apa buktinya bapak-bapak ini telah bekerja sungguh-sungguh? Buktinya menjamur praktek mafia peradilan di MA....

Hakim Agung:
Huss...itu oknum...Tolong diberi cetak tebal! itu Oknum!!! Memang ada yang seperti itu...Jumlahnya kira-kira 90 persen, tapi itu khan oknum!!! Kami ini yang 10 persennya kok....Kami ini yang mewakili MA, selebihnya sih anggap saja karena mereka gajinya kecil...Iya lho mas Camry...Gaji kami ini tidak cukup, makanya kalau ada yang main belakang dengan perkara, itu dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, untuk menjaga supaya dapur ngebul....Kalau gak percaya, cek aja daftar kekayaan kami...data di KPK khan ada 50 persen pejabat yudikatif yang belum menyerahkan daftar kekayaannya..Itu bukan karena mereka gak mau, tapi apa yang mau dilaporkan....!!!! Gak ada sama sekali!!!

Camry:
Tapi banyak khan hakim yang punya tanah, rumah, vila dan mobil mewah, kenapa itu tidak dilaporkan?

Hakim Agung:
Anda ini bagaimana sih? Itu khan didapat bukan dari pendapatan resmi kami...Itu hasil pekerjaan sampingan kami, jadi diluar pertanggungjawaban kami sebagai pejabat publik....Kalau kami kemudian punya berbagai macam kekayaan, kenapa sih pada protes??? Bukankah itu wajar? Kalau mengandalkan gaji sebagai hakim, mana tahan hidup seperti sekarang....

Camry:
Jadi itu hasil dari pekerjaan sampingan apa, pak?

Hakim Agung:
Itu uang jasa yang sering diberikan oleh pencari keadilan...Tapi itu gak dosa kok...mereka sangat ikhlas memberikan kepada kami...Ini bukan suap...Ini semacam uang terima kasih karena telah dibantu perkaranya...Kami bekerja tetap independen dan menjunjung nilai keadilan...Yah, kalau ada yang dikalahkan itu khan wajar..Di dalam pengadilan, kalah menang itu biasa...selalu ada yang menang dan selalu ada yang kalah...tapi kami memutus dengan seadil-adilnya....Kalau yang memberi ucapan terima kasih itu lebih banyak, ya kami menangkan...Itu khan adil, tho? Kami melihatnya dia lebih banyak berkorban...itu saja....

Camry:
Jadi, keadilan itu apa, pak?

Hakim Agung:
Kamu itu pertanyaannya melebar....Gak usah ditanya itu keadilan apa...Tapi yang harus dimengerti bagaimana kita memperoleh keadilan...Keadilan itu soal harga...Sudah jangan banyak tanya, hargamu berapa?

Camry:
Saya 300 sampai 400 juta pak!

Hakim Agung:
Oke...ini sudah ada uang 5 miliar, semua saya pakai untuk membeli kamu...Ini uang negara...jadi kami anggap ini bagian dari perhatian negara terhadap kami...Bukan korupsi, tho?

Camry:
Ya kalau saya sih manut saja, tergantung siapa yang beli, mau penjahat, koruptor atau alim ulama, saya gak perduli, yang penting laku....

1 comment:

Anonymous said...

What a great site » »